Israel Gempur Gaza Selama Idulfitri: 80 Warga Palestina Tewas

BahasBerita.com – Serangan brutal Israel terhadap Jalur Gaza terus berlanjut hingga di momen hari raya Idulfitri 1446 Hijriah. Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan setidaknya 80 warga Palestina tewas dan 305 lainnya mengalami luka-luka akibat serangan yang dilancarkan Israel selama 48 jam perayaan Idulfitri, yang dimulai pada Minggu (30/3/2025).

Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) juga mengonfirmasi penemuan 15 jenazah tenaga medis setelah kendaraan mereka ditembaki oleh pasukan Israel di dekat Rafah, Gaza Selatan. Peristiwa ini menambah daftar panjang korban jiwa dalam konflik yang telah berlangsung lebih dari 17 bulan tersebut.

Serangan di Berbagai Wilayah Gaza

Berdasarkan laporan dari berbagai sumber, Israel telah melancarkan serangan udara dan darat di beberapa wilayah Gaza selama perayaan Idulfitri. Di Gaza Utara, serangan brutal atau aksi genosida dilakukan di kawasan Jabalia. Sementara itu, dua warga sipil dilaporkan tewas dan sejumlah lainnya terluka akibat serangan udara Israel yang menargetkan rumah keluarga Muqbel di Jabalia.

Di Gaza Tengah, serangan udara dilancarkan di kota Deir al-Balah hingga wilayah barat kamp pengungsi Nuseirat. Sebuah pesawat nirawak Israel juga menyerang dan menewaskan tiga petani di wilayah timur kamp pengungsi Al-Maghazi.

Sementara di Gaza Selatan, serangan Israel menargetkan sebuah rumah, menewaskan warga Palestina di Khan Younis dan di kota Abasan, sebelah timur Khan Younis. Empat warga sipil juga tewas dalam penembakan Israel yang menargetkan pengungsian di Wilayah Qizan Abu Rishwan di bagian selatan Kota Khan Yunis. Serangan pesawat nirawak juga melukai sejumlah orang dalam serangan terhadap kerumunan warga sipil di Wilayah Khirbet Al-Adas di Rafah utara.

Israel juga memaksa warga di Rafah untuk mengungsi, sementara mereka terus memperketat blokade dan membatasi pasokan bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Duka Anak-anak Gaza di Tengah Perang

Perayaan Idulfitri yang seharusnya menjadi momen kegembiraan, terutama bagi anak-anak, berubah menjadi hari-hari penuh duka dan ketakutan bagi anak-anak Gaza. Wissam Nassar, seorang anak di Gaza Utara, menceritakan bahwa taman hiburan lokal yang pernah dia dan anak-anak lain kunjungi selama liburan kini hancur akibat serangan Israel.

“Kami tidak dapat menemukan satu pun wahana untuk bermain,” ungkap Nassar dengan sedih.

Nassar menambahkan bahwa dirinya dan anak-anak lain menghabiskan hari raya dengan mencari air, yang semakin langka di Gaza. Mereka juga takut bermain di pantai karena adanya ancaman penembakan dari Israel.

“Kami menghabiskan Idul Fitri dengan mencari air atau paket makanan atau mengumpulkan kayu untuk api. Kami terlalu takut untuk mendekati pantai, kalau-kalau Israel menembaki kami,” katanya.

Hussein Alkafarna, seorang anak pengungsi dari Beit Hanoon, juga mengungkapkan kesedihannya. “Kami tidak merasakan kegembiraan apa pun di hari raya Idul Fitri ini. Kami tidak bisa mendapatkan pakaian baru, apalagi ketakutan yang terus-menerus kami alami,” ujarnya.

Krisis Kemanusiaan yang Memburuk

Di tengah kekerasan yang terus berlanjut, situasi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin memburuk karena Israel menghentikan pengiriman bantuan ke Gaza sejak awal Maret 2025. Jurnalis Al Jazeera, Hind Khoudary, melaporkan kondisi menyedihkan warga Palestina selama Idulfitri.

“Warga Palestina seharusnya berbuka puasa dengan makanan yang sangat enak untuk Idulfitri, tetapi hari ini mereka tidak memperoleh satu kali makan pun. Situasi di Gaza sungguh menyedihkan,” ungkap Khoudary.

Amnesty International juga mengecam tindakan Israel yang kembali memberlakukan pengepungan total terhadap Gaza, memblokir masuknya bantuan kemanusiaan, obat-obatan, dan persediaan penting seperti makanan dan bahan bakar. Listrik telah diputus dan UNRWA tetap dilarang beroperasi di Wilayah Palestina yang Diduduki.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahkan mengumumkan penarikan stafnya dari Gaza setelah serangan tank Israel menargetkan kompleks PBB di Deir el-Balah, menewaskan seorang staf dan melukai parah enam lainnya. PBB menyatakan tidak dapat lagi menjamin keselamatan tim mereka di lapangan.

Perundingan Gencatan Senjata yang Belum Jelas

Kelanjutan nasib perundingan gencatan senjata masih belum jelas. Pada hari Minggu (30/3), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali mengulangi tuntutannya agar Hamas melucuti senjata dan para pemimpinnya meninggalkan Gaza.

Israel juga mengancam akan meningkatkan tekanan kepada kelompok Hamas agar membebaskan 59 sandera yang masih ditahan di Gaza. Menurut laporan dari Channel 13 Israel, pihak Israel telah mengajukan tawaran tandingan di mana Hamas akan membebaskan setengah dari sandera yang masih hidup dan setengah dari sandera yang telah meninggal yang mereka tahan di Gaza sebagai ganti gencatan senjata selama 50 hari.

Proposal ini muncul setelah Israel menolak tawaran yang didukung mediator untuk membebaskan hanya lima sandera, termasuk Edan Alexander, seorang warga negara AS-Israel. Sementara itu, Hamas dilaporkan telah menerima proposal gencatan senjata yang ditawarkan oleh mediator, namun Israel malah mengajukan proposal lain.

Total Korban Jiwa Terus Bertambah

Kementerian Kesehatan Gaza mencatat angka korban tewas akibat serangan Israel yang kembali meningkat di wilayah Palestina. Sejak Israel melanjutkan serangan pada 18 Maret 2025 setelah berakhirnya masa gencatan senjata, tercatat ada 1.001 orang di seluruh wilayah Palestina meninggal dunia.

Secara keseluruhan, tercatat lebih dari 50.000 warga Palestina telah tewas akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023, dengan lebih dari setengahnya adalah perempuan dan anak-anak. Selain itu, lebih dari 114.000 warga Palestina telah mengalami luka-luka dalam agresi tersebut.

Israel telah menyebabkan kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya di Gaza dan membuat sebagian besar wilayahnya tidak dapat dihuni, meratakan seluruh kota dan menghancurkan sistem perawatan kesehatan, lahan pertanian, landmark agama dan budaya, fasilitas pendidikan, dan pemakaman. Hampir seluruh populasi Palestina di Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa telah mengalami pengungsian paksa.

Sementara perang terus berlanjut dengan dampak regional dan internasional yang signifikan, jutaan warga Gaza menghadapi Idulfitri tahun ini dengan kesedihan, ketakutan, dan penderitaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Tentang BahasBerita Redaksi

Avatar photo
BahasBerita Redaksi adalah tim editorial di balik portal BahasBerita, yang terdiri dari penulis dan jurnalis berpengalaman. Mereka berdedikasi untuk menghadirkan informasi terkini dan panduan komprehensif bagi pembaca, mencakup topik politik, internet, teknologi, hingga gaya hidup.