BahasBerita.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam pada 9 April 2025 di bursa efek indonesia setelah dipicu aksi jual besar-besaran oleh investor domestik dan asing. Anjloknya IHSG ini terjadi akibat kombinasi faktor global dan domestik, seperti perang dagang internasional, kebijakan proteksionisme negara besar, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang memburuk, serta meningkatnya kekhawatiran dan skeptisisme investor terhadap ketidakpastian ekonomi. Peristiwa ini menimbulkan tekanan besar di pasar modal nasional, meningkatkan volatilitas, dan memunculkan kekhawatiran baru terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.
Ketegangan dalam perdagangan global telah berlangsung sejak awal tahun dan berperan penting dalam meningkatkan kecemasan pelaku pasar. Negara-negara besar baru-baru ini mengumumkan kebijakan proteksionis yang semakin memperkeruh situasi perdagangan internasional. Sementara itu, pemerintah Indonesia mengumumkan defisit APBN yang dinilai melampaui ekspektasi banyak pihak, sehingga menambah kekhawatiran investor domestik mengenai stabilitas fiskal ke depan. Kondisi ini diperburuk oleh sentimen negatif dari perang dagang yang belum menunjukkan titik terang dan kebijakan ekonomi negara maju yang cenderung memicu volatilitas di pasar global.
Ketika ketidakpastian global dan kekhawatiran di dalam negeri semakin memuncak, investor mulai menarik dananya secara bertahap dari pasar saham Indonesia. Penarikan dana ini memicu tekanan jual yang terus meningkat selama beberapa hari terakhir. Puncaknya terjadi pada 9 April 2025, saat aksi jual mencapai titik tertinggi dan menyebabkan IHSG terperosok tajam dalam waktu singkat. Data di Bursa Efek Indonesia menunjukkan penurunan kapitalisasi pasar yang signifikan, seiring dengan meningkatnya volume transaksi jual dibandingkan beli, menandakan dominasi aksi jual di kalangan investor.
Direktur Riset PT Bahana Sekuritas, Yanuar Putra, menyatakan, “Penurunan IHSG kali ini dipengaruhi oleh sentimen negatif global yang bersamaan dengan kekhawatiran atas defisit fiskal dalam negeri. Kombinasi ini membuat pasar semakin tidak stabil dan investor memilih keluar dulu dari pasar saham.” Ia menambahkan, volatilitas global yang tinggi akibat perang dagang dan kebijakan proteksionis negara besar turut memicu ketidakpastian yang sulit diprediksi oleh pelaku pasar saham di Indonesia. Sementara itu, analis pasar modal dari Mandiri Sekuritas, Indah Sari, menjelaskan, “Investor asing cenderung melepas portofolio di emerging markets, termasuk Indonesia, demi menghindari risiko lebih besar di tengah situasi global yang tidak menentu.”
Dampak langsung dari penurunan IHSG ini adalah anjloknya nilai kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia dan meningkatnya potensi capital outflow yang dapat menekan nilai tukar rupiah. Tekanan ini menimbulkan kekhawatiran lanjutan di kalangan pelaku pasar dan masyarakat luas, terutama terkait stabilitas sektor keuangan dan ekonomi nasional. Selain itu, kondisi ini memunculkan tantangan baru bagi pemerintah dan otoritas terkait untuk segera merumuskan langkah-langkah strategis guna menstabilkan situasi dan mengembalikan kepercayaan investor. Bank Indonesia juga diperkirakan akan melakukan intervensi di pasar valuta asing guna menjaga stabilitas rupiah yang berpotensi tertekan akibat arus keluar dana asing.
Sejak awal tahun, ketegangan perang dagang global telah berdampak pada volatilitas pasar modal di berbagai negara. Kebijakan proteksionis yang diterapkan negara-negara besar menambah ketidakpastian dan mempengaruhi arus investasi internasional. Di dalam negeri, pengumuman defisit APBN yang lebih besar dari perkiraan menimbulkan kekhawatiran mengenai kemampuan pemerintah menjaga stabilitas fiskal dan pembiayaan pembangunan. Kondisi ini memperparah sentimen negatif di pasar, yang akhirnya memicu aksi jual masif pada 9 April 2025.
Hingga saat ini, IHSG masih berada di bawah tekanan akibat kombinasi ketidakpastian global dan domestik. Pemerintah dan otoritas pasar modal diharapkan segera mengambil langkah-langkah stabilisasi untuk menenangkan pasar dan mengurangi volatilitas. Bursa Efek Indonesia terus memantau perkembangan dan berkoordinasi dengan regulator demi menjaga kelancaran transaksi serta meminimalkan dampak lebih lanjut. Pelaku pasar juga terus mencermati kebijakan dan perkembangan global guna menentukan strategi investasi ke depan di tengah ketidakpastian yang masih tinggi.